I am

Foto saya
a muslim, a daughter, a hard worker, a life-time scholar, a seeker, a friend, an enemy, a lover and proud to be a woman..

Senin, 28 Juli 2008

Sumthing Wrong With This Monday


I'll say my friend...very wrong, because it happens to everyone I know.



Di mulai dari schedule Bapak yang padat [sebenernya syh sudah keprediksi dari minggu kemarin], jawaban bertele2 dari instansi pemerintahan mengenai projek kantor saya yang akhirnya kembali tertunda, yang mana juga berdampak pada pendapatan negara di masa datang [terlalu PD? I don't thing so...], sampai masalah perbankan saya dan seorang teman.



But most of all, this monday madness related to works, my works, my friends' works, baik yang sekantor maupun tidak. Baik di head office maupun kantor lapangan semuanya berkeluh-kesah tentang hari Senin ini.



**sigh**...what have become to this monday??

Sabtu, 26 Juli 2008

Sambal ala King =D


Hmmmm....Sabtu-sabtu gini, sudah merupakan tradisi dari anak perempuan keluarga Shahrir ini untuk masuk dapur. Pilihannya adalah masuk dapur, walau pun hanya untuk sekedar nyambal, atau selamanya didengungkan "Anak perempuan itu harus tau dapur! Jangan sampai kelak nanti kalau kamu menikah, ga bisa membedakan bumbu dapur! Kasihan suami kamu. Mau di taruh di mana muka Papa?!"


Dalam hati menjawab "Di situ aja, Pa. Udah bagus...ganteng lagi." Tapi tampilan luar hanya bisa menampilkan senyuman lebar, selebar senyum kuda, tanda rasa ga enak hati di protes orang tua. "Paling tidak..." lanjut Papa, "Seminggu sekali lah...kamu masakin buat Mama-Papa. Tiap weekend, ga berat kan? Ga perlu lah yang extravagant, yang penting kamu tau dapur. Nyambel pun engga apa-apa."


Well, setelah sekian lama dicemberutin oleh Ayah saya, akhirnya saya maksud dapur lagi. Tapi, sebenarnya kembalinya saya ke dapur bukan semata-mata karena dicemberutin oleh Ayah saya, melainkan beberapa hari ini setiap pulang kantor, di bawah tudung saji selalu ada sambal buatan Ayah saya yang mantab sekali. Sambal ini benar-benar bisa menambah selera makan, walau pun cukup dengan sajian ikan asin jambal dan nasi fresh from Magic Jar yang masih mengepul, rasanya NIKMAT betul!


Akhirnya tadi pagi, karena persedian sambal sudah habis..bis..bis.. saya pun merajuk kepada Ayah saya untuk dibikinkan lagi sambalnya yang mantab itu. Dan Ayah saya pun menjawab "Boleh aja, tapi tetep kamu yang harus meraciknya. Udah lama kan kamu ga masak buat Mama-Papa?"."Ok Dad, it's a deal!" Jawab saya sambil mengikutinya ke dapur.


And....Wham-Bham, thank you Ma'am (or in this case, Sir)!! Saya bisa tahu rahasia sambal Papa. Racikannya adalah sebagai berikut:


- 5 Siung bawang putih [ini tergantung dari ukuran bawang putih]

- Cabe rawit seraup [hmmmm.....]

- 2 sendok teh garam

- 1 buah belimbing wuluh

- 1/2 jeruk sambal, cincang

- Lalu, uleg maaaaaaaaannngg........!!!


Et voila, satu mangkuk kecil sambal ala King tersedia. dan cukup untuk jatah....paling tidak samapi besok =D!

Senin, 21 Juli 2008

Jakarta - Papua



Jauh dekat Rp 13,000,000...




Buseeett!!! Mendingan jualan ikan asin aja ini mah...




Nasib muda-mudi LDR =(


"Rum, gw di lamar cowok gw"

"Wow…congratulation, babe!!”

**tapi koq manyun??**

“Bukan itu masalahnya!”

**Lha…salah ngomong lagi gw??**

”Dia kan masih ada ikatan dinas di Papua selama dua taun...”

Yea, dia pernah curhat syh kalo pacarnya akan berangkat dinas ke Papua beberapa bulan yang lalu. Dinas di Timika kalau ga salah.

”Lo tau ga syh di sana kayak apa?!”

Dengan muka polos saya jawab ”Engga...”

”Di sana tuh ya listrik aja di gilirrrr..."
**Lha...bedanya sama sini apa??**
"...Jam enem tuh udah ga cahaya sama sekaliiiii...!! Dan cowok gw itu ga dinas di kotanya, tapi dipelosoknya!! It tooks hours to get there!!”

Saya mendengarkan dengan seksama kekhawatiran karib saya ini, sambil sesekali menyeruput Teh Botol dingin.

”Sinyal aja susah!! Lo kebayangan ga syh?!”

”Kebayang babe, kebayang...Gw kebayang lu kudu manjat pohon dulu kalo sewaktu-waktu mo rumpi ma gw!! Hahahaha...”

”Rese lu, Rum!!”

Yea, paling engga ada sekilas senyum di wajahnya, daripada manyun kayak tadi. Sejenak kemudian meluncurlah rangkaian curhatan mengenai Jakarta – Papua relationship. Saya tidak bisa berkomentar banyak dalam hal ini, karena saya bukan master dalam hubungan ini [atau hubungan manapun nampaknya =P]. Saya hanya bisa memberikan masukan-masukan klise untuk dia.

”Yah babe, jalanin aja dulu. It can't be that bad. Mungkin ada baiknya lu konsultasi sama Anne. She seems managed to deal with Jakarta-Papua relationship. Buktinya dia dan Steni sampai ke pelaminan. Lagi pula kalo jodoh juga ga akan kemana. Yang penting mah elunya dulu manteb ga ma dia.” dalam hati berkata, ’yea rite...look who’s talking?!’

Singkat cerita, selang beberapa bulan kemudian, mereka putus. Temen saya sempat curhat mengenai keputusannya itu beberapa waktu yang lalu.


"It's just too hard for me. I can't take it anymore."


Sempat terbersit pikiran apakah ini mungkin gara-gara saya yang setengah hati memantapkan teman saya itu dalam mengambil keputusan. Tapi....aaah, saya kan hanya menyuruhnya untuk memiikirkan baik-baik sebelum menerima pinangan tersebut. Agar dia tidak menyesal kemudian ketika menjalaninya. Kalo ternyata dia siap akan segala sesuatu yang akan dihadapi kemudian, baik itu pindah ke Papua mengikuti suami atau tetap melanjutkan hubungan Jakarta-Papua setelah menikah, tentu saya akan tetap mendukungnya.

Saya jadi ingat di salah satu ’late night conversation’ [waktu Papua] saya dengan seseorang yang juga sedang mengemban ikatan dinas di sana.

”Di sini semua serba mahal! bensin aja satu liter Rp 30,000. Angkot antar daerah Rp. 20,000. Memang sih pake Inova, tapi tetep aja medan perjalanannya berat. Makannya harus hemat-hemat di sini, sebab kalo engga, kemungkinan ga bisa pulang besar. Lha wong harga tiketnya Rp 13,000,000 vv!!”

Wew! Kebayang kalo itu yang terjadi dengan teman saya dan mantannya dulu ketika mereka masih berhubungan. Berat di ongkos! Mungkin ini juga yang dirasakan dengan muda-mudi yang mengalami LDR di daerah lain di Indonesia. Namun, bedasarkan catatan saya, Jakarta – Papua relationship ini memegang rekor budget terbesar. Rp. 13,000,000 ini baru budget tiket, belum budget pulsa, dan kebutuhan-kebutuhan primer, sekunder, tersier lainnya yang notabene cukup costly kalo di Papua sana.

Itu baru masalah budget, belum lagi masalah perasaan. Di kala tabungan minim hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, maka membatasi penggunaan pulsa handphone menjadi salah satu opsi untuk berhemat. Alhasil, hanya bisa memendam rindu kepada yang berada di seberang lautan. Belum lagi perkara perasaan-perasaan negatif, khawatir, curiga, yang menggerogoti akal sehat. Wow..wow...been there, done that! Jangankan LDR, satu kota aja bisa begitu. That’s why I said, hanya orang-orang yang ‘Master’ yang bisa menjalaninya. Dibutuhkan strong emotional connection di antara pelaku asmara.

In the end, sekali lagi saya akan berklise-ria, love conquers all. Kalau sudah cinta, Alaska – Bandung juga dijabanin [hehe…a shout out to my brother out there].

Tentang Cinta


Suatu hari seseorang yang sedikit lebih dewasa dari ku menuturkan makna lain tentang cinta.

’Cinta itu seperti gunung. Terlihat indah dan kokoh dari kejauhan, namun ketika kita mendaki untuk mencapainya, kita akan menemukan lereng-lereng yang terjal, jurang-jurang yang terjam. Merupakan proses yang sulit untuk mencapai puncak. Namun ketika kita telah mencapai puncak semuanya terasa indah. Tidak ada lagi letih yang di rasa sewaktu mendaki. Ada kepuasan tersendiri karena mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perjuangan dari pendakian. Pemandangan yang indah, kita melihat dunia dari sudut pandang yang baru. Melihat semuanya begitu indah.’

Ok, tapi apa yang kau lakukan ketika kau berada di puncak sana? Apakah engkau akan menetap di sana? Lalu apa yang kau rasakan ketika melihat ke bawah? Karena itu adalah asalmu, tentu kau harus kembali pulang ke rumahmu. Banyak orang menanti kepulangan mu. Menanti kisah-kisah petualanganmu dalam pendakian puncak itu.Lalu apakah kau akan meninggalkan gunung itu? Kau rela meninggalkan cinta?

Sungguh jika benar adanya cinta demikian, maka cinta bukanlah sesuatu yang abadi. Lalu apa yang bisa ku andalkan dari cinta?

’Maaf, kau belum bisa memenuhi rasa haus ku tentang cinta...’

Selasa, 15 Juli 2008

So Called Creteria

[sekali lagi demi memenuhi permintaan pasar]


"So Harum...what kinda boyfriend do you like?"

"Hah?! Excuse me??" *gulp*

The question just came out of no where. Without any prefix to the conversation. Without conversation it self! Then judging by the source of the question, the person who asked this question, was quite suprising.

"Noo..It's just because one of our business partner, whom I work with, have a crush on you. So, I asked on his behalf, what kind of criteria you look in a boy?"

Ofcourse I blushed!! What do you think am I? A limestone statue??

"Well, first and foremost...he have to be a MAN. Not just a Man, but he act and behave as a gentleman. And....Geez, I don't know...I guess I never had a full criteria for a boyfriend."

Yea, if we look through to my Xs list, they're physically very diverse.

"Then I suggest you should make one, young lady. It should help you to find the perfect guy. And..help me to help him, hehe..."

Whoa Nelly!! She's being serious.

That 'out of the blue' conversation, reminded me to one of 'late nite conversation' over coffee between me and my friend, Caesar.

"Kalo gw syh ya Rum, ya....untuk bisa naksir sama satu CW, gw jarang sekali memperdulikan fisik. Yang terpenting buat gw, CW itu harus SMART. Nah, karena dari isi otaknya dia itu bisa menentukan CHEMESTRY yang akan terberntuk antara gw dan si CW ini. Karena gw sangat suka sekali dengan smart conversation. It's very challenging! Terus, yang kedua....dia harus rapih..."

"Itu fisik dodol!! Apa yang kasat mata itu termasuk kreteria fisik. Kalo gw ga neko2, more or less sama kayak elu Sar. Chemestry is the most important to me, dan itu bisa terjadi dari obrolan berbobot yang berlangsung lama. Jadi...kalo ada Cowok depan gw dengan tampang kayak Keanu Reeves tapi selama ngobrol berjam-jam gw ga nambah ilmu , malah cenderung ga nyambung ma ni Cowo, better best gw melipir pergi"

So yea...for all these years, CHEMESTRY has been the esence of my relationship with those certain someone. I never mind a certain physical characteristic, as long as he know how to adorn and know how to position himself towards his public than he's save. That's why I don't date imbecile.

But just for fun....I'll write down the TOP 10 list of cretarion:
1. A Moslem & Single [for sure]
2. Resourceful tapi ga sombong
3. He plays music instrument [Piano & Guitar are preferable]
4. He cooks [imma culenary freaks, so yea...]
5. He loves animals
6. He does sports [esp. water sport]
7. Gadget Freaks
8. Movie freaks
9. Jazz Lover
10. Hugable =D

So yea...those are the top 10 that I could think of for now. So far, I rarely got every 10 of them in a Man. Let's keep our finger cross for me, shall we?! Hehehe.....

Kamis, 10 Juli 2008

Overwhelmed




'Nila setitik rusak susu sebelanga' it could mean anything to anyone. For me, one's words has ruined my day.

F*** him and his view!! Hey...his not running my life. He and the rest of the world wouldn't know the Devil I have to fight.

I do apreciate the concerns for my future, or what ever it was, but please...Enough with your so called 'kindness', because my life is not a 'highway' which I could have everything done just by a snap of the fingers, unlike yours to run.

Dear God, sometimes I got so overwhelmed with the world Kindness and Affection. World could only see the outer layer, sometime seems like weightless and free spirited. No...as You know it is only a masquerade.

Aaaaaaaah....F*** with it!! Dust it up and ... "I'm a still wear a smile if it raining..I got to enjoy myself regardless...I appreciate life, I'm so glad I got mine..." (Just Fine - Mary J. Blige).

Kamis, 03 Juli 2008

One Pleasant Afternoon


Sore hari yang cerah, ketika mentari tengah beradu ke peraduan di ufuk barat, memancarakan keindahan cahayanya bermain-main dengan awan. Dua orang sahabat sedang menikmati senja itu di sebuah taman yang indah tentram, sambil bercengkrama tentang hidup.

Sahabat1:

".....I’ve been through hell and back...so, I’ll live"

*terkekeh*



Sahabat2:

Dasar Dajal!


Sahabat1:

"Hahaha…!!!"


"lho, apa sebab?? Salah kalau aku membiarkannya berlalu?"


Sahabat2:

Engga, hanya saja....Aaaaaahhh, sudah lah..!!


Sahabat1:

"Look, I’ve been deceived, cheated, stabbed, betrayed soooo many times by people, best friends, lover, even my next of keen. Yes, it was hurt all the way through. Yes, it burnt me. Yes, it made me crumble into pieces. But what you want me to do? Revenge to each and every one of’em? Then what??"

"No… I choose not to do that. I choose to remain happy. I choose to run my life as usual. There are so many things in my life need to be taking care of."

Sahabat2:
*Menepis*

"You just running away from it…."

Sahabat1:

"Yea, in a way you can say dat…But, I choose to do that"

*tersenyum*

"I just don’t want to waste my time wondering with questions ‘what if..?’, ‘should’ve’, ‘could’ve’, ‘if only’, there are far more important matters for me. I have my parents, my BIG HUMANGOUS family, my works, you and the rest of the posey"


*sekali lagi tersenyum lebar*


"Itu semua sudah lebih pasti rimbanya. Ketauan lebih berpahala. So yea…I choose to run away from those uncertain things so called love."


Sahabat2:

Terserah kaulah, nak…The bottom line is, as long as you’re happy…then I’m happy for you.


*tersenyum bersama*


Dan mereka pun kembali menikmati detik-detik ujung senja menghilang di balik ufuk hingga adzan maghrib menjelang.

Secretary's Life


A secretary's life nowadays is doesn't have to necessary sit down in front of your PC and being pretty, nor, limited to administration job desc only. Sekretaris jaman sekarang memeranan banyak ’peranan’ di panggung sandiwara perusahaan.

Tempo-tempo, a secretary plays the role of ‘pawn’ in the company with more stylish armor (tentunya!). Ikut turun ke medan perang. Your ride would be a pail-gold reindeer (kijang inova kamsudnyah..), your armor are your suit, high heels and your charm. You have back up documents as your shields (teramat sangat berguna ketika sedang beradu argumen dengan the higher hierarchy *wink!) and of course a pen as a sword (ini analoginya syh memang tidak tergantikan).

Lain hari…jadi kuli di percetakan. Bawa-bawa box berisi (kurang lebih) lima rim kertas. Tangan belepotan toner, pasal abis ngutak-ngutik mesin fotokopi atawa lasser jet printer yang nge-jam. Lalu, sepuluh menit kemudian harus sudah tampil prima kembali dan siap di ruangan meeting untuk menjadi minutes taker.

Kadang-kadang juga harus berperan sebagai Ibu Negara dengan segala macam atributnya [btw, ini berlaku utk Exc. Secretary only kayaknya =D]. Resources mengenai segala jenis restaurant dan makanan harus hafal di luar kepala, begitu pula dengan setting-an menunya. Jangan sampai deh menu yang sama di ulang 2 kali [apalagi dengan interfal yang pendek] waaaaahh...bisa di amuk massa!! [I salute you Mrs. Exc. Secretary].

And last but not least, sometimes you play the role as a mother...sabar ketika mendengarkan keluh-kesah atasan. Mencoba memenuhi permintaan mereka yang terkadang ga ada di job desc (itu mungkin sebabnya Job Desc jarang di publish sama HR, ya???).

Well, these roles could just go on and on. But one thing for sure, jaman sekarang jangan suka membatasi diri dengan pekerjaan. Just do it when you can, jangan tergantung dengan orang lain, atau mengacuhkan orang lain. Bantulah kalau memang bisa.

OK, I’m gonna back to my other roles now. Jadi kuli kurir bu…negpak-ngepakin dokumen yg mau di kirim ke lapangan. Pareeeeeennnggg...